Friday, May 11, 2012

Janji - Hagar Peeters


Dia tak muncul.
Barangkali sakit atau tertabrak
trem, barangkali orang lain
menyapanya. Barangkali dia lupa jam tangannya
atau jam tangan lupa menunjukkan waktu.
Barangkali mobilnya tak mau menyala
atau rusak di tengah jalan.
Barangkali ada yang meneleponnya
tepat sebelum berangkat,
dengan kabar dia harus ke kremasi
atau bahwa ibunya meninggal.
Barangkali dia bertemu kenalan lama.
Barangkali dia sedang bertengkar di tempatnya kerja
kemudian dipecat dan menyembunyikan kepala
di bawah bantal. Barangkali jembatan membuka,
juga yang berikutnya.
Barangkali lampu lalu-lintas tetap merah.
Barangkali kartu banknya ditelan mesin uang
atau di tengah jalan dia lupa dompetnya.
Barangkali dia kehilangan kaca mata
tak bisa berhenti membaca
ada acara di TV yang ingin dia tonton sampai tamat
pintu rumahnya tidak bisa dikunci
dia kehilangan gepokan kunci,
dan tiba tiba anjingnya mulai muntah.
Barangkali tak ada telepon di sekitarnya,
alamat restorannya tak bisa dia temukan
atau dengan tak sengaja dia menunggu
di tempat berbeda.
Barangkali—kemungkinan terakhir
yang tak terpahami dan tak terduga—
dia tak lagi mencintaiku.

(Terjemahan Linde Voƻte dan Agus R. Sarjono)


AFSPRAAK

Hij is niet op komen dagen.
Misschien werd hij ziek of liep hij
onder de tram, misschien sprak een ander
hem aan. Misschien vergat hij zijn horloge
of vergat het horloge hem de juiste tijd te geven.
Misschien wilde zijn auto niet starten
of begaf die het halverwege.
Misschien belde iemand hem juist voor hij vertrok,
met het bericht dat hij naar een crematie moest
of dat zijn moeder is overleden.
Misschien kwam hij een kennis van vroeger tegen.
Misschien had hij ruzie op zijn werk,
is hij ontslagen en heeft hij
zijn hoofd onder een kussen begraven.
Misschien stond de brug open, en ook de volgende.
Misschien bleef het stoplicht op rood staan.
Misschien heeft de pinautomaat zijn pasje ingeslikt
of bleek hij onderweg zijn portemonnee vergeten.
Misschien was hij zijn bril kwijt
kon hij niet stoppen met lezen
was er een programma op tv dat hij af wilde zien
kreeg hij zijn huisdeur niet op slot
kon hij nergens zijn sleutelbos vinden,
en begon plotseling zijn hond over te geven.
Misschien was er geen telefoon in de buurt,
kon hij het restaurant niet vinden
of zit hij per vergissing elders te wachten.
Misschien—de laatste onbegrepen
en onvoorziene mogelijkheid—
houdt hij niet langer van mij.


Tentang Penyair

Hagar Peeters lahir di Amsterdam, Belanda, 1972. Dia menempuh studi Sejarah Kebudayaan, Universitas Utrecht dan memenangkan the National Thesis Award 2001 untuk tesis terbaik yang ditulis di Belanda. Topik tesisnya adalah “Humanisasi Pengadilan Kriminal Belanda Sejak 1945”. Pada Mei 2002, sejarah biografis yang berdasar pada tesisnya akan diterbitkan. Pada 1999 terbit kumpulan puisinya yang pertama, Genoeg Gedicht over de Liefde Vandaag (‘Cukup sekian Puisi tentang Cinta Hari Ini’). Pada 2000, dia masuk nominasi dalam NPS Culture Award. Hagar Peeters banyak menampilkan sajak-sajaknya di Belanda. Pada Mei 2000, dia tampil membacakan sajak-sajaknya di Kepulauan Antilla (Dutch Antilles).

No comments: