Tuesday, August 12, 2008

"Seteguk Air" dari Leyla


Judul:
Pranikah Handbook: Panduan Persiapan Pernikahan untuk Muslimah
Penulis: Leyla Imtichanah
Penerbit: Madanisa-Salamadani
Cetakan: Pertama, 2007
Tebal: viii+132 halaman

TIDAK sedikit seseorang menikah karena sudah selesai sekolah, sudah tamat kuliah, lalu punya pekerjaan, misalnya. Atau juga yang banyak terjadi, menikah karena dan demi cinta. Tentu, sebenarnya tidak ada yang salah dengan semua itu. Karena tidak usah rumit-rumit membuat susah apa yang memang mungkin dibikin mudah, toh?

Akan tetapi, segampang dan semudah itukah soal menikah? Misal, setelah menikah ternyata seseorang tidak kunjung merasa bahagia, meski sekeras-kerasnya dia ingin meyakinkan hati bahwa dia bahagia. Atau sebaliknya, seseorang bahagia luar biasa, harmonis bukan main dengan pasangannya, padahal awalnya dia kurang yakin, kurang suka, bahkan tidak merasa cinta.

Ya, masih banyak kemungkinan lagi bila diteruskan. Pemahaman tentang beragam kemungkinan seperti itulah salah satunya yang ingin disampaikan Leyla Imtichanah melalui bukunya, Pranikah Handbook. Sebab, meski kadang terlihat mudah, menikah sebenarnya bukan perkara sederhana. Bahkan, bukan setelah menikah saja persoalan bisa mendera, tetapi dalam perjalanan menujunya pun seseorang akan mungkin melewati jalan yang tidak mulus. Misalnya, bagaimana "pusing"-nya seorang perempuan menentukan pilihan itu: ya ataukah tidak, menerima ataukah menolak pinangan seorang lelaki.

Sesuatu yang sederhana tidak harus bermakna sederhana. Justru, kepelikan tertentu bila telah dicerna dengan baik dan kemudian dihadirkan ulang secara bersahaja, akan membantu sebuah upaya pemahaman. Dengan ulasan singkat, Leyla menyoal tentang kedewasaan, salah satu kriteria yang penting dalam memilih calon pasangan: "Seorang yang dewasa, tidak akan mengedepankan emosi ketika mengatasi masalah dan mengambil keputusan. Sifat emosional, apalagi kekanak-kanakan, hanya akan menambah masalah atau menumpuknya menjadi gunung berapi yang sewaktu-waktu dapat meledak (hlm 23)."

Memang, konsekuensinya, sesuatu yang sederhana adalah "sekadar" pengantar. Semisal seteguk air bagi seseorang yang sedang kehausan. Guna memuaskan dahaganya, dia harus mencari air lagi lebih banyak, bila memang dia ingin. Begitu juga tentang buku ini. Membaca Pranikah Handbook, seorang perempuan yang memang kehausan mengenai ilmu (mempersiapkan) pernikahan, akan tergerak untuk tidak berhenti mencari sumber-sumber lain yang terkait. Demi keluasan wawasan pembacanya, di akhir buku Leyla pun menuliskan daftar pustaka rujukannya dalam menulis "seteguk air" ini.

Seperti dikemukakan di muka, Pranikah Handbook lebih menekankan aspek praktis seputar persiapan pernikahan. Sehingga, kekurangan buku ini adalah justru sekaligus kelebihannya. Titik tekan Leyla adalah kepada hal-hal yang bersifat panduan sederhana namun berbobot, dengan penyampaian yang "renyah". Kemudian, buku ini pun cukup menyeluruh mengupas persiapan pernikahan meski tidak terlampau mendalam, yang memang diharapkan memudahkan pembacaan dan pemahaman dasar.

Juga, sebagai buku "how to" atau "self help" yang lugas, Pranikah Handbook cukup kaya dengan tips-tips guna-laksana. Tips-tips atau saran-saran yang beranjak dari "curhat" para muslimah kepada penulisnya, dari hasil sharing pengalaman baik langsung atau via bacaan, terutama dari calon-calon pengantin atau pasangan-pasangan muda yang baru menikah, untuk dipetik hikmah dan pembelajarannya. Untuk siapa saja yang berkeinginan menikah tidak semata karena sudah selesai sekolah, telah tamat kuliah dan punya pekerjaan, atau juga menikah hanya karena dan demi cinta. (Wildan Nugraha, mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta Unpad, bergiat di Forum Lingkar Pena Bandung)***

(Pikiran Rakyat, Kamis, 17 Juli 2008)

3 comments:

Anonymous said...

Saya pernah baca resensi ini di PR,saya ngga perhatikan siapa penulisnya..ternyata Kang Wildan..

Unknown said...

hihi...udah baca bukunya belum?

Anonymous said...

belum..kyaknya boleh minjem lagi ni..hehe..^U^