Thursday, June 03, 2010

Seperti Permata


Talenta adalah anugerah. Ia indah seperti permata, berkilauan ditimpa cahaya. Talenta bintang penghargaan sejak lahir. Maka semua orang memilikinya. Meski tidak semua orang menyadarinya. Ada yang mengenali, merawat, memanfaatkannya. Sementara tidak sedikit yang malah mengabaikan, menelantarkan, bahkan merusak permata itu.

Mengenali, merawat, memanfaatkan talenta bukan persoalan sederhana. Seperti permata, ia bukan batu yang ada begitu saja. Ia diolah dari bahan mentah yang bahkan tidak mudah ditemukan. Orang harus menggali di bukan sembarang tempat. Orang harus membentuknya diiringi hitungan-hitungan tepat. Setelah jadi, ia pun diletakkan dan dipergunakan secara istimewa.

Dalam sebuah komunitas, semua individu memiliki batu permata itu: talentanya masing-masing. Jika komunitas itu organisasi, kumpulan manusia dengan visi atau tujuan bersama, maka talenta tiap-tiap anggotanya dipergunakan untuk meraih tujuan itu. Dalam proses meraih tujuannya, sebuah organisasi juga tidak lain sedang bergumul dengan talentanya sendiri. Demikian seterusnya bila kita memakinluaskan pemandangan. Ada talenta komunal, ada talenta individual. Selalu ada yang dibangun dan ada yang membangun.

Betapa pun penting, gagasan tersebut tentu saja bersifat abstrak, basis, paradigma atau model idealistik soal talenta. Demi mewujudkannya, mengkonkretkannya, diperlukan turunan-turunan berupa konsep, strategi, dan gerak nyata. Untuk itulah Talenta hadir di tengah sidang pembaca mulai Juni 2010 ini. Kami ingin bersama-sama menghadirkan permata itu: sebuah anugerah dari Sang Pencipta.

Kami mengangkat tema “SDM Saleh, SDM Produktif” di edisi perdana ini. Kami menganggap relasi antara kesalehan dan keproduktifan, dalam konteks SDM, bisa ekuivalen; senilai, sejajar, sepadan, sebanding. Oleh karenanya, di antara dua terma itu terdapat juga hubungan kausalitas dua arah. Yang pertama bisa menjadi indeks yang kedua, begitu pun sebaliknya. Kesalehan adalah indikasi keproduktifan, begitu juga keproduktifan adalah indikasi kesalehan.

Selamat membaca.*

Wildan Nugraha

1 comment:

Anonymous said...

gimana sih bisa nulis bagus kaya gitu,,,