Wednesday, May 06, 2009

Diskusi Kamisan FLP Bandung Mei 2009


Catatan Harian: Sebuah Kebelumsudahan

Sebutlah membaca catatan harian adalah membaca kebelumsudahan. Maka buku-buku yang berisi kumpulan catatan harian agaknya tetap menarik buat dibaca kembali. Ambilah misalnya yang tidak terlalu sulit diingat seperti Catatan Seorang Demonstran. Buku itu pernah terbit dengan sampul Nicholas Saputra ketika Mira Lesmana merampungkan film Gie pada 2005.

Sebuah buku catatan harian lainnya yang terkenal adalah Catatan Harian Anne Frank. Berapa banyak sudah orang membacanya di seluruh dunia dan terinspirasi. Berapa banyak sudah komentar positif atau sebaliknya mengenainya. Maklum, isu seputar kekejaman Nazi memang sepertinya diciptakan sejarah untuk terus diperdebatkan. Ada satu hal tapi. Anak kecil bernama Anne itu berbicara tentang keinginannya menangis sendirian saja tanpa ada yang mengganggu, misalnya, kemudian keluar rumah untuk melihat awan di langit sambil berlari-lari kecil dan tersenyum megah, tapi ternyata perang terus berkobar.

Ambilah juga buku Pergolakan Pemikiran Islam misalnya. Ahmad Wahib menuangkan gagasan-gagasannya. Itu sebuah buku yang menghebohkan pada masanya karena dianggap berbahaya. Sebuah buku yang diklaim oleh sebagian kalangan dapat menyesatkan pemikiran Islam, namun oleh sementara pihak disebut memang menyodorkan kebelumsudahan ide-ide. Ya, barangkali karena itu "hanyalah" sebuah catatan harian.

Ada juga buku Memoar Hasan Al-Banna. Sebenarnya dalam perbedaannya dengan apa yang terhidangkan oleh buku Wahib ada juga titik temunya: Al-Banna mempertanyakan dan ingin mendobrak sesuatu. Yakni kebimbangan dan bahkan kejumudan manusia yang lebih diombang-ambing hitung-hitungan Bumi. Ya, sebab kebelumsudahan bagi Al-Banna adalah kebelumsudahan hitung-hitungan Langit memperindah moral manusia yang kerap dibayangi keraguan. Alhasil, catatan-catatan itu dibaca sebagian kalangan aktivis Islam dengan tekun sebab ada sosok paragon di situ, yang punya kelebihan.

Ya, sebuah catatan harian sebenarnya merekam juga banyak kebelumsudahan sebuah persona atau malah sebuah zaman, generasi, cita-cita, semangat. Menarik sebenarnya membaca mengapa mimpi-mimpi yang dicantelkan setinggi langit ala Al-Banna kadang terkontraskan dengan keragu-raguan seorang Ahmad Wahib tatkala sama-sama menalar dan mengukur ketauhidan diri dan umat dengan pelbagai aktivisme mereka. Mengapa pula kepayahan yang polos seorang Anne yang curhat terus kepada Kitty tampaknya belum sudah juga hingga kini: apa sebenarnya yang terus-terusan diperangi orang-orang di luar itu. Pun mengapa masih gampang saja ditemui apa yang pernah dijumpai Gie di negeri ini, kemelaratan yang menistakan rakyat jelata di seberang kedigdayaan penguasa yang berjas dan berdasi. Ya, barangkali karena sebuah catatan harian adalah sebuah kebelumsudahan.***

Diskusi Kamisan Forum Lingkar Pena Bandung Mei 2009

Kamis, 7 Mei 2009, pukul 16.00-18.00 WIB
Catatan Seorang Demonstran (Soe Hok Gie)
Narasumber: Oky Syeiful Rahmadsyah, S.Sos, M.H. (Eksponen Mahasiswa Angkatan ’98, Sekretaris Forum Aktivis Bandung)
Tempat: Selasar Timur Masjid Salman ITB, Jalan Ganeca 7 Bandung

Kamis, 14 Mei 2009, pukul 16.00-18.00 WIB
Catatan Harian Anne Frank
Narasumber: Riki Cahya (Sekretaris FLP Jabar)
Tempat: Selasar Timur Masjid Salman ITB, Jalan Ganeca 7 Bandung

Kamis, 21 Mei 2009, pukul 16.00-18.00 WIB
Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib
Narasumber: Sugeng Praptono (Pustaka Giratuna)
Tempat: Selasar Timur Masjid Salman ITB, Jalan Ganeca 7 Bandung

Kamis, 28 Mei 2009, pukul 16.00-18.00 WIB
Memoar Hassan Al-Banna
Narasumber: Dedi Setiawan (Mahasiswa ITTelkom)
Tempat: Ureshii Book Corner, Jalan Bali 6, Bandung

Acara terbuka untuk umum dan gratis
Informasi: Wildan (0817613420 & 02292464249)

No comments: