“Ruang Makna” majalah terbitan Lembaga
Kemanusiaan Nasional PKPU Bandung. Edisi 1 Tahun I (April 2011) mengangkat tema
budaya instan; Edisi 2 Tahun I (Agustus 2011) mengolah tema kebermaknaan; dan
Edisi 3 Tahun I terbit Januari 2012, membicarakan waktu sebagai tema utama.
Esai berikut diambil dari rubrik Restropeksi “Ruang Makna” edisi perdana. “Ruang
Makna” edisi perdana dapat diunduh di sini. Selamat membaca!
SILANG SENGKARUT
Oleh M. Irfan Hidayatullah
Jangan kau bayangkan kehidupan ini begitu mudah untuk
dijalani karena ia adalah sebuah keteracakan sehingga diperlukanlah sistem dan
aturan. Jangan kau anggap segala akan baik-baik saja padahal kau tak berusaha
membuat hidupmu penuh perencanaan dan pemetaan. Jangan kau percaya bila ada
yang mengatakan kau akan mendapatkan sesuatu tanpa melewati kerumitan tertentu
karena di setiap alur kecil hidupmu ada banyak realitas yang silang sengkarut.
Pernahkah perasaan jengkel menghinggapimu saat kau
berhadapan dengan kabel earphone gadgetmu yang berbelit-belit sementara kau
perlu berkomunikasi sambil mengendarai mobil? Pernahkah kau uring-uringan saat
adik, putra, istri, atau suamimu memiliki sifat rumit yang bertentangan dengan
kehendakmu? Atau pernahkah kau merasa tergiur oleh sebuah benda yang ingin
kaumiliki di sebuah etalase, sementara untuk mendapatkannya perlu usaha ekstra
keras sehingga kau berharap turun keajaiban?
Fenomena kabel berbelit, benang kusut, ruang bagai kapal
pecah adalah fenomena yang tak pernah absen dan (seolah) dihadirkan pada hidup
kita tanpa kompromi. Walaupun suatu saat kita bermaksud menghindarinya ternyata
harus dengan sebuah upaya. Kau yang rapih penuh perencanaan adalah kau yang
diupayakan. Sementara itu, makhluk dan atau benda selainmu adalah mereka yang
hadir dan potensial untuk menjadi silang sengkarut tepat di hadapanmu. Mereka
adalah wujud ujian bagimu. Jadi, takada tempat bagimu untuk tidak berhadapan
dengan bahaya laten silang sengkarut tersebut.
Begitupun dengan fenomena pertentangan antara harapan dan
realitas. sebuah keadaan yang membuat kau takhabis pikir untuk
menyelaraskannya. Wujud selainmu dengan karakter dan kehidupan mereka adalah
sesuatu yang menuntutmu untuk merinci pola komunikasi yang berbeda-beda dan
rumit. Istrimu sebelum kau nikahi adalah sebuah wujud yang terbiaskan oleh
hasrat sehingga kau memandangnya hanya secara abstrak dan saat kau (diharuskan)
mengenalnya lebih dekat ditemukanlah sesuatu yang unik dan rumit. Begitu pun
dengan anak-anakmu. Walaupun kerumitan karakter mereka sebagian berasal dari
dirimu, mereka hidup membawa sistem biologis-sosial-budaya tersendiri yang
menuntut kau pahami. Belum lagi, saat berbicara tentang masyarakat, peradaban, dan
ideologi yang mengisinya.
Adapun ketergiuran, hasrat, dan nafsu untuk memiliki dan
menjadi sesuatu adalah sebuah permasalahan rumit lain lagi. Hal ini tidak hanya
berhubungan dengan relasi kau dengan manusia selainmu, tetapi juga dengan
benda-benda dan nilai yang ada di dalamnya. Benda-benda dengan regulasi ekonomi
yang sudah terindustrialisasikan. Karenanya, kau dihadapan benda-benda itu
adalah hamba yang takbisa menyentuh mereka kecuali dengan tebusan materi atau
strategi apropriasi lain. Dalam benda itu tidak hanya ada fungsi belaka tetapi
menumpuk sekian banyak relasi sosialkultural-industrial yang menjadi mata
rantai kelahirannya. Dalam sebuah baju mewah di sebuah etalase, misalnya,
terdapat realitas industri rumahan yang mencari nafkah dengan memproduksi
kancing. Begitupun dengan benda-benda lainnya, mewah atau tidak mewah, mahal
atau tidak mahal. Semuanya memiliki nilai yang harus kau tukar dengan sebuah
nilai juga dari dirimu. Oleh karena itu, ketergiuran, hasrat, dan nafsu harus diselaraskan
dengan nilai yang disematkan pada sesuatu yang ingin, akan, dan atau harus
kaumiliki. Jika tidak, kau adalah bagian dari silang sengkarut kehidupan ini.
Ya, silang sengkarut ini menurut saya adalah sebuah
fitrah sebagaimana fitrah-fitrah negatif manusia dan kehidupan lainnya. Dan
manusia telah dengan berani menerima tawaran-Nya untuk menjadi khalifah di muka
bumf yang berarti manusia telah berani mengambil risiko berhadapan dengan
silang sengkarut itu, mengambil risiko untuk membenahi silang sengkarut ini.
Namun, Tuhan Maha Penyayang. la tidak membiarkan makhluknya untuk bingung
(dengan segala kelemahannya) menghadapi kehidupan. la memberikan software untuk
melengkapi kemampuan manusia menyelesaikan berbagai silang sengkarut kehidupan.
Ada software bawaan berupa hati nurani dan akal dan ada software yang bisa
diunduh berupa tatakelola kehidupan berupa agama. Tidak hanya itu, Allah telah
memilihkan wakilnya untuk manusia, yaitu para nabi dan Rasul. Lengkaplah sudah
kasih sayang Allah pada manusia. Hanya saja manusia acap kali bersilang
sengkarut dengan dirinya sendiri.
Begitulah kau dan aku adalah bagian dari silang sengkarut
atau chaos itu, tetapi kau dan aku juga adalah agen penata sehingga terwujudlah
kosmos. Dan kosmos adalah sebuah hakikat. Bukankah Allah telah menciptakan alam
raya beserta isinya teratur? Suatu bencana akan tiba bila kosmos atau ruang
teratur itu menjadi chaos atau bersilang sengkarut. Dan manusia bisa berperan
pada dua sisi suasana kehidupan tersebut. Kau bisa menjadi pengacau dan bisa
menjadi penata. Itu masalah pilihan jalan. Namun, dengan tuntunan yang
diturunkan-Nya sudah semestinya manusia secara hakiki adalah agen penata.
Adapun silang sengkarut yang bertingkat-tingkat itu adalah ujian-ujian yang
diturunkan-Nya. Apakah manusia dapat ajeg atau tidak?
Salah satu ujian yang terpenting dari proyek penataan
silang sengkarut ini adalah ketaksabaran. Saat kau ingin cepat selesai, cepat
menuai hasil, cepat menikmati, saat itu pula kau sedang membuat silang
sengkarut baru hadir di tengah kehidupan ini. Jalan-jalan pintas, budaya
instan, dan hasratmu untuk memiliki segala dengan cepat adalah sebuah tindakan
yang mengacaukan proses penataan dunia silang sengkarut di hadapan kita. Bisa
jadi, bahkan, budaya instan itulah awal mula dari bencana silang sengkarut itu
sejak alam raya dan manusia ini diciptakan. Karenanya, kesabaran dalam
menghadapi proses adalah sebuah upaya membangun kosmos kehidupan. Kesabaran
menata kabel gadgetmu, kesabaran memahami karakter orang terdekatmu, kesabaran
menghormati proses dalam menghadapi dan meraih sesuatu. Wallahua’lam.***
No comments:
Post a Comment