Friday, December 30, 2011

Esai "Ruang Makna"


“Ruang Makna” majalah terbitan Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU Bandung. Edisi 1 Tahun I (April 2011) mengangkat tema budaya instan; Edisi 2 Tahun I (Agustus 2011) mengolah tema kebermaknaan; dan Edisi 3 Tahun I terbit Januari 2012, membicarakan waktu sebagai tema utama. Esai berikut diambil dari rubrik Restropeksi “Ruang Makna” edisi perdana. “Ruang Makna” edisi perdana dapat diunduh di sini. Selamat membaca!

SILANG SENGKARUT

Oleh M. Irfan Hidayatullah

Jangan kau bayangkan kehidupan ini begitu mudah untuk dijalani karena ia adalah sebuah keteracakan sehingga diperlukanlah sistem dan aturan. Jangan kau anggap segala akan baik-baik saja padahal kau tak berusaha membuat hidupmu penuh perencanaan dan pemetaan. Jangan kau percaya bila ada yang mengatakan kau akan mendapatkan sesuatu tanpa melewati kerumitan tertentu karena di setiap alur kecil hidupmu ada banyak realitas yang silang sengkarut.

Pernahkah perasaan jengkel menghinggapimu saat kau berhadapan dengan kabel earphone gadgetmu yang berbelit-belit sementara kau perlu berkomunikasi sambil mengendarai mobil? Pernahkah kau uring-uringan saat adik, putra, istri, atau suamimu memiliki sifat rumit yang bertentangan dengan kehendakmu? Atau pernahkah kau merasa tergiur oleh sebuah benda yang ingin kaumiliki di sebuah etalase, sementara untuk mendapatkannya perlu usaha ekstra keras sehingga kau berharap turun keajaiban?

Fenomena kabel berbelit, benang kusut, ruang bagai kapal pecah adalah fenomena yang tak pernah absen dan (seolah) dihadirkan pada hidup kita tanpa kompromi. Walaupun suatu saat kita bermaksud menghindarinya ternyata harus dengan sebuah upaya. Kau yang rapih penuh perencanaan adalah kau yang diupayakan. Sementara itu, makhluk dan atau benda selainmu adalah mereka yang hadir dan potensial untuk menjadi silang sengkarut tepat di hadapanmu. Mereka adalah wujud ujian bagimu. Jadi, takada tempat bagimu untuk tidak berhadapan dengan bahaya laten silang sengkarut tersebut.

Begitupun dengan fenomena pertentangan antara harapan dan realitas. sebuah keadaan yang membuat kau takhabis pikir untuk menyelaraskannya. Wujud selainmu dengan karakter dan kehidupan mereka adalah sesuatu yang menuntutmu untuk merinci pola komunikasi yang berbeda-beda dan rumit. Istrimu sebelum kau nikahi adalah sebuah wujud yang terbiaskan oleh hasrat sehingga kau memandangnya hanya secara abstrak dan saat kau (diharuskan) mengenalnya lebih dekat ditemukanlah sesuatu yang unik dan rumit. Begitu pun dengan anak-anakmu. Walaupun kerumitan karakter mereka sebagian berasal dari dirimu, mereka hidup membawa sistem biologis-sosial-budaya tersendiri yang menuntut kau pahami. Belum lagi, saat berbicara tentang masyarakat, peradaban, dan ideologi yang mengisinya.

Adapun ketergiuran, hasrat, dan nafsu untuk memiliki dan menjadi sesuatu adalah sebuah permasalahan rumit lain lagi. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan relasi kau dengan manusia selainmu, tetapi juga dengan benda-benda dan nilai yang ada di dalamnya. Benda-benda dengan regulasi ekonomi yang sudah terindustrialisasikan. Karenanya, kau dihadapan benda-benda itu adalah hamba yang takbisa menyentuh mereka kecuali dengan tebusan materi atau strategi apropriasi lain. Dalam benda itu tidak hanya ada fungsi belaka tetapi menumpuk sekian banyak relasi sosialkultural-industrial yang menjadi mata rantai kelahirannya. Dalam sebuah baju mewah di sebuah etalase, misalnya, terdapat realitas industri rumahan yang mencari nafkah dengan memproduksi kancing. Begitupun dengan benda-benda lainnya, mewah atau tidak mewah, mahal atau tidak mahal. Semuanya memiliki nilai yang harus kau tukar dengan sebuah nilai juga dari dirimu. Oleh karena itu, ketergiuran, hasrat, dan nafsu harus diselaraskan dengan nilai yang disematkan pada sesuatu yang ingin, akan, dan atau harus kaumiliki. Jika tidak, kau adalah bagian dari silang sengkarut kehidupan ini.

Ya, silang sengkarut ini menurut saya adalah sebuah fitrah sebagaimana fitrah-fitrah negatif manusia dan kehidupan lainnya. Dan manusia telah dengan berani menerima tawaran-Nya untuk menjadi khalifah di muka bumf yang berarti manusia telah berani mengambil risiko berhadapan dengan silang sengkarut itu, mengambil risiko untuk membenahi silang sengkarut ini. Namun, Tuhan Maha Penyayang. la tidak membiarkan makhluknya untuk bingung (dengan segala kelemahannya) menghadapi kehidupan. la memberikan software untuk melengkapi kemampuan manusia menyelesaikan berbagai silang sengkarut kehidupan. Ada software bawaan berupa hati nurani dan akal dan ada software yang bisa diunduh berupa tatakelola kehidupan berupa agama. Tidak hanya itu, Allah telah memilihkan wakilnya untuk manusia, yaitu para nabi dan Rasul. Lengkaplah sudah kasih sayang Allah pada manusia. Hanya saja manusia acap kali bersilang sengkarut dengan dirinya sendiri.

Begitulah kau dan aku adalah bagian dari silang sengkarut atau chaos itu, tetapi kau dan aku juga adalah agen penata sehingga terwujudlah kosmos. Dan kosmos adalah sebuah hakikat. Bukankah Allah telah menciptakan alam raya beserta isinya teratur? Suatu bencana akan tiba bila kosmos atau ruang teratur itu menjadi chaos atau bersilang sengkarut. Dan manusia bisa berperan pada dua sisi suasana kehidupan tersebut. Kau bisa menjadi pengacau dan bisa menjadi penata. Itu masalah pilihan jalan. Namun, dengan tuntunan yang diturunkan-Nya sudah semestinya manusia secara hakiki adalah agen penata. Adapun silang sengkarut yang bertingkat-tingkat itu adalah ujian-ujian yang diturunkan-Nya. Apakah manusia dapat ajeg atau tidak?

Salah satu ujian yang terpenting dari proyek penataan silang sengkarut ini adalah ketaksabaran. Saat kau ingin cepat selesai, cepat menuai hasil, cepat menikmati, saat itu pula kau sedang membuat silang sengkarut baru hadir di tengah kehidupan ini. Jalan-jalan pintas, budaya instan, dan hasratmu untuk memiliki segala dengan cepat adalah sebuah tindakan yang mengacaukan proses penataan dunia silang sengkarut di hadapan kita. Bisa jadi, bahkan, budaya instan itulah awal mula dari bencana silang sengkarut itu sejak alam raya dan manusia ini diciptakan. Karenanya, kesabaran dalam menghadapi proses adalah sebuah upaya membangun kosmos kehidupan. Kesabaran menata kabel gadgetmu, kesabaran memahami karakter orang terdekatmu, kesabaran menghormati proses dalam menghadapi dan meraih sesuatu. Wallahua’lam.***

Friday, December 09, 2011

UPGRADING WILAYAH FORUM LINGKAR PENA JAWA BARAT






















UPGRADING WILAYAH FLP JAWA BARAT
Pangandaran, 16-18 Desemeber 2011

Kegiatan Upgrading Wilayah FLP Jabar berupa pembekalan materi dan diskusi seputar literasi, keorganisasian, dan ke-FLP-an sesuai dengan tema utama dan tujuan yang diusung: membangun tradisi membaca yang kuat di Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Jawa Barat.

Para narasumber yang dihadirkan: Setiawati Intan Savitri (Ketua Umum FLP 2009-2013), Rahmadiyanti Rusdi (Sekretaris Jendral FLP 2009-2013), Topik Mulyana (Divisi Kritik dan Karya FLP 2009-2013), M. Irfan Hidayatullah (Anggota Dewan Pertimbangan FLP 2009-2013).

Penyelenggara kegiatan ini adalah Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Jawa Barat dan BPP (Badan Pengurus Pusat) FLP. FLP Jabar merupakan salah satu dari 37 (tiga puluh tujuh) wilayah FLP yang telah didirikan di seluruh Indonesia dan juga di mancanegara. Sampai saat ini FLP Jabar menaungi 11 (sebelas) cabang FLP di kota-kota di Provinsi Jawa Barat sejak berdirinya pada 17 Agustus 2003. Sebagai organisasi nirlaba tempat berkumpulnya para (calon) penulis, FLP berkeinginan memberikan pencerahan kepada masyarakat luas melalui tulisan.***